Karakteristik konsumen Indonesia
Manusia memiliki banyak
sekali kebutuhan dalam hidupnya dengan jumlah yang tidak terbatas, baik
kebutuhan fisik maupun rohani.Untuk kebutuhan fisik manusia membutuhkan
barang-barang seperti makanan, pakaian, dan rumah. Sementara untuk kebutuhan
rohani, manusia membutuhkan jasa seperti hiburan dan konsultasi. Adapun
pengertian konsumsi secara khusus adalah suatu kegiatan yang tujuannya
mengurangi atau menghabiskan faedah suatu benda (barang dan jasa) dalam rangka
pemenuhan hidup. Untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam, kita
mengkonsumsi barang dan jasa. Barang adalah alat pemuas kebutuhan yang
mempunyai bentuk seperti tas, baju, dan berbagai barang laiinya.Adapun jasa
adalah alat pemuas kebutuhan yang tidak berbentuk tetapi dapat dirasakan
manfaatnya.Adapun manfaat dari suatu barang yang dipakai dalam pemenuhan
kebutuhan manusia adalah kepuasan yang dapat diberikan oleh barang tersebut
untuk memenuhi kebutuhan yang dapat menyebabkan barang tersebut lebih bernilai.
Masing-masing konsumen memiliki pribadi yang unik.Konsumen yang satu dengan
yang lainnya mempunyai kebutuhan yang bebeda dan prilaku yang berbeda dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.Konsumen di Indonesia memiliki karakter yang
berbeda pula dengan konsumen di negara lain.Sebagai contoh pada penjualan
produk telekomunikasi seperti ponsel. Sebagai contoh penjualan ponsel Nokia
9500 yang ternyata di pasaran negara Amerika Serikat kurang begitu diminati
oleh konsumennya, tetapi di Indonesia produk ini sangat laris bahkan menempati
urutan ketiga dalam penjualan ponsel Nokia 9500 di dunia. Ternyata setelah
dianalisis oleh para ahli ekonomi ternyata hal ini dipengaruhi oleh faktor
“gengsi”.
Tetapi berkembangnya selera juga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat seperti pada saat hari besar keagamaan cenderung pengeluaran lebih besar daripada hari biasanya.Contohnya pada saat bulan puasa permintaan akan barang- barang pasti akan naik seperti barang-barang kebutuhan pokok, barang sandang dan barang elektronik juga terpengaruhi.Tetapi ada selera konsumen yang tidak berubah. Contohnya pada bulan April 1985, perusahaan Coca-Cola mengganti formula produk terkenal mereka yang telah dipakai 99 tahun. Coca-Cola telah mengeluarkan jutaan dollar biaya iklan untuk meyakinkan masyarakat bahwa Coke terbaru mereka dengan rasa lebih manis lebih baik. Tetapi , perusahaan itu justru diserbu oleh ribuan surat dan telepon bernada protes dari konsumen yang meminta agar perusahhan tersebut memakai kembali formula lama. Semakin gelombang protes itu tidak semakin berkurang yang membuat perusahaan tersebut tidak tahan dan mempopulerkan kembali formula asli dengan nama Coca-Cola Clasic. Pada tahun 1990, Coca-Cola Clasic menjadi produk minuman ringan terlaris mengalahkan “New Coke”dengan perbandingan 8 lawan 1. Pada awal 1991, perusahaan mengganti “NewCoke” dengan nama “Coke II”. Jadi contoh diatas menjelaskan bahwa selera makanan dan minuman jarang bahkan tidak bisa berubah. Kebutuhan digunakan agar kepuasan konsumen dapat tercapai. Konsumen yang merasakan manfaat dari suatu prodik bekum tentu merasa puas. Ada yang hanyta merasa cukup baik, baik ,dll. Faktor yang mempengaruhi kepuasan bagi seorang konsumen adalah Pertama, harga. Jelas sekali apabila harga barang yang murah akan menarik hati konsumen dikarenakan konsumen sangat sensitif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka mendapatkan value or money yang tinggi. Komponen harga ini relative tidak penting bagi mereka yang tidak sensitive terhadap harga.Untuk industri ritel, komponen harga sangat penting dan kontribusinya besar terhadap kepuasan yang relatif besar. Kualitas dan harga produk seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan pelanggan.Kedua aspek ini relative mudah ditiru dengan teknologi yang standar maka produk yang dihasilkan dapat membi\eri kepuasan yang setidaknya bernilai baik.
Tetapi berkembangnya selera juga mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat seperti pada saat hari besar keagamaan cenderung pengeluaran lebih besar daripada hari biasanya.Contohnya pada saat bulan puasa permintaan akan barang- barang pasti akan naik seperti barang-barang kebutuhan pokok, barang sandang dan barang elektronik juga terpengaruhi.Tetapi ada selera konsumen yang tidak berubah. Contohnya pada bulan April 1985, perusahaan Coca-Cola mengganti formula produk terkenal mereka yang telah dipakai 99 tahun. Coca-Cola telah mengeluarkan jutaan dollar biaya iklan untuk meyakinkan masyarakat bahwa Coke terbaru mereka dengan rasa lebih manis lebih baik. Tetapi , perusahaan itu justru diserbu oleh ribuan surat dan telepon bernada protes dari konsumen yang meminta agar perusahhan tersebut memakai kembali formula lama. Semakin gelombang protes itu tidak semakin berkurang yang membuat perusahaan tersebut tidak tahan dan mempopulerkan kembali formula asli dengan nama Coca-Cola Clasic. Pada tahun 1990, Coca-Cola Clasic menjadi produk minuman ringan terlaris mengalahkan “New Coke”dengan perbandingan 8 lawan 1. Pada awal 1991, perusahaan mengganti “NewCoke” dengan nama “Coke II”. Jadi contoh diatas menjelaskan bahwa selera makanan dan minuman jarang bahkan tidak bisa berubah. Kebutuhan digunakan agar kepuasan konsumen dapat tercapai. Konsumen yang merasakan manfaat dari suatu prodik bekum tentu merasa puas. Ada yang hanyta merasa cukup baik, baik ,dll. Faktor yang mempengaruhi kepuasan bagi seorang konsumen adalah Pertama, harga. Jelas sekali apabila harga barang yang murah akan menarik hati konsumen dikarenakan konsumen sangat sensitif, biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka mendapatkan value or money yang tinggi. Komponen harga ini relative tidak penting bagi mereka yang tidak sensitive terhadap harga.Untuk industri ritel, komponen harga sangat penting dan kontribusinya besar terhadap kepuasan yang relatif besar. Kualitas dan harga produk seringkali tidak mampu menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan pelanggan.Kedua aspek ini relative mudah ditiru dengan teknologi yang standar maka produk yang dihasilkan dapat membi\eri kepuasan yang setidaknya bernilai baik.
Kedua, Kualitas
pelayanan. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem, teknologi, dan
manusia.Faktor manusia ini memegang peranan terpenting karena tidak
mengherankan bahwa kualitas pelayanan sulit ditiru.
Ketiga, Faktor
emosonal. Kepuasan pelanggan dapat timbul apabila pada saat produk tersebut
memiliki merek yang terkenal dan memiliki kualitas yang baik di mata konsumen.
Keempat, Kemudahan. Pelanggan akan semakin merasa puas apabla relati murah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Contohnya pada bank BCA yang nasabahnya sering mengantri jika ingin melakukan aktivitas perbankannya.Tetapi, tingkat kepuasan terhadap BCA secara keseluruhan relative tinggi karena presepsi terhadap total value yang diberikan BCA relative tinggi dibandingkan bank-bank lain.Ha ini didukung oleh jumlah ATM-nya yang banyak. Produk tabungan BCA mungkin tidak terlalu istimewa bagi sebagian nasabahnya dan bahkan suku bunga yang relative rendah, tetapi jumlah nasabah tabungannya masih besar.
Mungkin dalam penggunaan barang tersebut, konsumen memerkukan garansi agar tingkat kepuasannya bertambah lama khusunya bagi barang yang dapat dipakai beberapa kali contohnya mobil, barang-barang elektronik, dll.Selain barang- barang, garansi juga sangat berperan penting bagi pelayanan jasa karena jelas akan mempunyai nilai tersendiri bagi konsumennya. Garansi adalah program yang sering kali efektif dalam meningkatkan kepuasan konsumen karena pelanggan merasa senang dengan adanya jaminan, dan kepercayaan terhadap perusahaan. Hanya saja, kemampuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan agak berbeda antara produk manufaktur dan pelayanan. Untuk produk, garansi adalah hal yang umumnya cukup biasa dan oleh karena tu, program garansi hanya sekedar agar tidak tert inggal dengan produk lain. Tetapi untuk pelayanan, garansi bisa menjadi alat untuk menciptakan kepuasan yang sangat efektif.
Pelayanan sangat bergantung pada faktor manusia yang jauh lebih sulit distandarisasi sehingga tidak mengherankan perusahaan-perusahaan jasa dapat dikatakan tidak mempunyai keberanian untuk memberikan garansi. Tetapi pemberian garansi tanpa syarat tetap menjadi suatu cara yang sangat efektif dalam meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi terkadang garansi ini juga tidak efektif apabila diberikan dengan pertimbangan beberapa syarat. Kadang konsumen sering jengkel denagn pembelian barang yang memberikan syarat yang terlalu banyak yang justru membuat konsumen menjadi bingung. Seperti mengisi dan mengirimkan form, yang mana dalam form tersebut diberikan pada kondisi-kondisi khusus saja. Sehingga tidak mengherankan konsumen bukannya puas tetapi justru menjadi jengkel sehingga hal inilah yang menyebabkan banyak konsumen yang cenderung ingin membeli barang yang tidak bergaransi dan tentu harganya pasti lebih murah. Contohnya pada perusahaan penerbangan sangat sulit memberikan suatu jaminan bagi konsumen yang menggunakan jasa penerbangannya. Hal seperti keterlambatan dalam setiap penerbangan sangat sulit dikontrol oleh perusahaan yang disebabkan oleh banyak hal baik internal seperti kerusakan mesin maupun hal eksternal yang menyangkut cuaca yang tidak memungkinkan pesawat untuk terbang.
Secara garis besar prilaku konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :
Keempat, Kemudahan. Pelanggan akan semakin merasa puas apabla relati murah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan. Contohnya pada bank BCA yang nasabahnya sering mengantri jika ingin melakukan aktivitas perbankannya.Tetapi, tingkat kepuasan terhadap BCA secara keseluruhan relative tinggi karena presepsi terhadap total value yang diberikan BCA relative tinggi dibandingkan bank-bank lain.Ha ini didukung oleh jumlah ATM-nya yang banyak. Produk tabungan BCA mungkin tidak terlalu istimewa bagi sebagian nasabahnya dan bahkan suku bunga yang relative rendah, tetapi jumlah nasabah tabungannya masih besar.
Mungkin dalam penggunaan barang tersebut, konsumen memerkukan garansi agar tingkat kepuasannya bertambah lama khusunya bagi barang yang dapat dipakai beberapa kali contohnya mobil, barang-barang elektronik, dll.Selain barang- barang, garansi juga sangat berperan penting bagi pelayanan jasa karena jelas akan mempunyai nilai tersendiri bagi konsumennya. Garansi adalah program yang sering kali efektif dalam meningkatkan kepuasan konsumen karena pelanggan merasa senang dengan adanya jaminan, dan kepercayaan terhadap perusahaan. Hanya saja, kemampuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan agak berbeda antara produk manufaktur dan pelayanan. Untuk produk, garansi adalah hal yang umumnya cukup biasa dan oleh karena tu, program garansi hanya sekedar agar tidak tert inggal dengan produk lain. Tetapi untuk pelayanan, garansi bisa menjadi alat untuk menciptakan kepuasan yang sangat efektif.
Pelayanan sangat bergantung pada faktor manusia yang jauh lebih sulit distandarisasi sehingga tidak mengherankan perusahaan-perusahaan jasa dapat dikatakan tidak mempunyai keberanian untuk memberikan garansi. Tetapi pemberian garansi tanpa syarat tetap menjadi suatu cara yang sangat efektif dalam meningkatkan kepuasan pelanggan tetapi terkadang garansi ini juga tidak efektif apabila diberikan dengan pertimbangan beberapa syarat. Kadang konsumen sering jengkel denagn pembelian barang yang memberikan syarat yang terlalu banyak yang justru membuat konsumen menjadi bingung. Seperti mengisi dan mengirimkan form, yang mana dalam form tersebut diberikan pada kondisi-kondisi khusus saja. Sehingga tidak mengherankan konsumen bukannya puas tetapi justru menjadi jengkel sehingga hal inilah yang menyebabkan banyak konsumen yang cenderung ingin membeli barang yang tidak bergaransi dan tentu harganya pasti lebih murah. Contohnya pada perusahaan penerbangan sangat sulit memberikan suatu jaminan bagi konsumen yang menggunakan jasa penerbangannya. Hal seperti keterlambatan dalam setiap penerbangan sangat sulit dikontrol oleh perusahaan yang disebabkan oleh banyak hal baik internal seperti kerusakan mesin maupun hal eksternal yang menyangkut cuaca yang tidak memungkinkan pesawat untuk terbang.
Secara garis besar prilaku konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :
1. Faktor Internal
a. Pendapatan
Pendapatan konsumen
berpangaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan
konsumen, cenderung semakin besar pula.
b. Motivasi
Setiap orang mempunyai
motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang
melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar
diperlukan. Namun ada pula yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang
lain, padahal sebenarnya ia tidak membutuhkannya. Sebagian yang lain
mengkonsumsi barang dan jasa tertentu demi memperlihatkan status sosialnya atau
gengsi. Misalnya seorang remaja yang membeli handphone keluaran terbaru agar
dianggapkeren oleh teman-temannya.
c. Sikap dan
kepribadian
Sikap dan kepribadian
individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang hemat biasanya hanya
akan membeli barang-barang yang telah direncanakan, dimana hal ini sangat
berbeda jauh dengan orang boros yang selalu membeli barang yang tidak dibutuhkannya.
2. Faktor eksternal
2. Faktor eksternal
a. Kebudayaan
Kebudayaan yang
terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakatnya. Di
Jepang dan Cina, orang makan menggunakan sumpit. Semantara di negara barat,
sendok dan garpu sering ditemani oleh pisau. Tak heran bila konsumsi sumpit d
Jepang dan Cina lebih tinggi dibandingkan di negara barat. Begitu pula
sebaliknya.
b. Status Sosial
Status atau posisi
seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi
orang tersebut. Konsumsi seorang presiden, raja, atau menteri sudah jelas
berbeda dengan konsumsi supir taksi, tukang kayu, atau pengusaha kecil.
c. Harga Barang
Sudah menjadi hukum
ekonomi bahwa harga barang naik, konsumsi akan menurun, dan apabila harga
rendah, konsumsi akan tinggi. Ini juga berlaku untuk tingkat harga barang
substitusi.
3. Faktor Strategi
Marketing
Strategi marketing
dalam suatu negara berbeda dengan negara lain karena perbedaan masyarakat dan
pola konsumsi juga sehingga tidak mengherankan bahwa suatu produk laris di
suatu negara tetapi setelah dikenalkan dan dijual ke negara lain tidak
mendapatkan respon yang baik dari masyarakat di negara tersebut.Contohnya
konsep marketing dari AS tidak sepenuhnya bisa
menjelaskan fenomena perilaku konsumen Indonesia. Terbukti, banyak produk yang
sukses di AS-sebut saja Kodak, Campbell Soup, The Body Shop, Amazon, IBM PC
dan asuransi jiwa-penjualannya melempem di negeri kita yang memang unik.
Sebaliknya, produk yang berjaya di Indonesia belum tentu sukses di sana. Ambil
contoh Nokia 9500, Fuji Film, Extra Joss, Teh Botol, Aqua, fitur SMS, dlsb
Prilaku konsumen secara umum dapat dibagi atas 2 macam dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu:
1.Prilaku konsumen yang rasional
menjelaskan fenomena perilaku konsumen Indonesia. Terbukti, banyak produk yang
sukses di AS-sebut saja Kodak, Campbell Soup, The Body Shop, Amazon, IBM PC
dan asuransi jiwa-penjualannya melempem di negeri kita yang memang unik.
Sebaliknya, produk yang berjaya di Indonesia belum tentu sukses di sana. Ambil
contoh Nokia 9500, Fuji Film, Extra Joss, Teh Botol, Aqua, fitur SMS, dlsb
Prilaku konsumen secara umum dapat dibagi atas 2 macam dalam memenuhi kebutuhannya, yaitu:
1.Prilaku konsumen yang rasional
Prilaku ini didasari
oleh pertimbangan rasional (nalar) dalam memutuskan untuk mengkonsumsi suatu
produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila dasar pertimbangannya
adalah :
a. Produk tersebut mampu memberikan kegunaan optimal (optimum utility) bagi konsumen
Suatu pertimbangan dapat dikatakan rasional bila dalam membeli barang, barang tersebut benar-benar dapat memenuhi kebutuhan. Semakin lama jangka waktu pemuasannya, maka akan semakin baik. Misalnya, akan lebih bila kita membeli pakaian yang dapat digunakan dalam banyak acara daripada membeli pakaian yang hanya digunakan dalam suatu acara.
a. Produk tersebut mampu memberikan kegunaan optimal (optimum utility) bagi konsumen
Suatu pertimbangan dapat dikatakan rasional bila dalam membeli barang, barang tersebut benar-benar dapat memenuhi kebutuhan. Semakin lama jangka waktu pemuasannya, maka akan semakin baik. Misalnya, akan lebih bila kita membeli pakaian yang dapat digunakan dalam banyak acara daripada membeli pakaian yang hanya digunakan dalam suatu acara.
b. Produk tersebut benar-benar
dibutuhkan konsumen
Butuh tidaknya
seseorang akan barang tersebut dapat dilihat dari posisi barang tersebut dalam
skala prioritas seseorang. Bila membeli barang yang ada di posisi paling atas
dalam skala prioritas, bearti tindakan tersebut merupakan tindakan yang
rasional.
c. Mutu produk terjamin
Untuk mengetahui produk
tersebut bermutu atau tidak dapat dilihat dari kemasannya apakah sudah kadar
luarsa atau tidak dan terdaftar di Departemen Kesehatan atau tidak untuk produk
makanan. Untuk produk non makanan dapat dilihat pada garansi yang dapat
diberikan kepada konsumennya.
d. Harga terjangkau dan
sesuai dengan kemampuan konsumen yang membeli
Suatu pembelian dapat
dikategorikan sebagai rasional, apabila ada kesuaian antara harga yang harus
kamu bayar dan uang yang dimiliki oleh konsumen.
2.Perilaku konsumen
yang tidak rasional
Seorang konsumen
dikatakan tidak rasional apabila membeli barang tanpa pertimbangan yang baik.
Misalnya :
a. Membeli barang hanya
karena tertarik dengan iklannya
Banyak iklan yng menipu
atau menyembunyikan informasi. Kalau melihat sebuah iklan dan keesokan harinya
membeli produk yang diiklankan tersebut berarti itu merupakan tindakan yang
irasional karena kualitasnya belum dapat dibuktikan dan akhirnya menimbulkan
penyesalan.
b. Tertarik membeli
barang hanya karena mereknya yang terkenal
Banyak orang yang
menganggap bahwa kalau memiliki barang yang memiliki merek terkenal maka ia akan
dianggap hebat. Namun kalau diteliti denagn seksama banyak produk denagn
kualitas yang sama tetapi
harganya jauh lebih murah.
c.Membeli barang hanya
karena obral atau untuk memperoleh bonus
Pikirkanlah tujuan
untuk membei barang obral atau barang yang ada bonusnya.apakah barang tersebut
memng dibutuhkan atau hanya untuk mendapatkan harga yang murah atau hadiah yang
ditawarkan produk tersebut.Apabila hanya ingin mengejar obral atau bonusnya
maka itu merupakan tindakan yang irasional dalam ekonomi.
Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada jatuhnya Orde baru ternyata penjualan mobil, alat-alat rumah tangga, dll ternyata meningkat serta jumlah jamaah haji terus meningkat tiap tahunnya begitu pula tempat-tempat perbelanjaan seperti swalayan maupun mall selalu ramai dengan pengunjung yang ingin berbelanja.
Segmen pasar konsumen
secara umum dibedakan dalam beberapa segmen pasar yakni segmen pasar untuk
anak-anak, remaja, dewasa. Dimana ketiga segmen tersebut hamper memiliki
kesamaan tetapi para pengusaha atau perusahaan lebih mengfokuskan pada remaja
dan dewasa saja.Perusahaan sering menganggap enteng anak-anak dalam
mengidentifikasi produk apa yang akan dibuat untuk dilempar kepasaran. Hal ini
dikarenakan karena anak-anak dianggap tidak dan belum mempunyai daya
beli.Padahal hal ini sangat keliru, anak-anak sangat penting karena mereka
mempunyai uang yang memang ditujukan untuk dibelanjakan, mereka mampu
mempengaruhi berbagai keluaraga dan mereka adalah konsumen masa depan yang
harus “dirawat” sejak dini.Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2000, populasi anak usia 0-14 tahun d Indonesia adalah
sebesar 64,4 juta jiwa atau setara 30,6% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia
yang mencapai 210,4 juta jiwa.
Satu lagi temuan yang menarik bahwa anak-anak pada usia 7-14 tahun diberi uang saku rata-rata Rp 1.500 per hari dan uang tersebut 99 % digunakan untuk dibelanjakan keperluan sehingga diperkirakan dalam satu tahun saja total pengeluaran anak-anak mencapai Rp 1 triliun.Itu hanya untuk 6 kota besar di Indonesia. Dari seluruh daerah di Indonesia mencapai Rp 4,4 triliun per tahun. Suatu angka yang menakjubkan bagi pengeluaran dalam bentuk uang saku bagi anak-anak.
Dari berbagai analisi diperoleh keinginan anak-anak pada usia 0-7 tahun biasanya menyukai produk yang memiliki fantasi tetapi yang tidak “memerlukan pemikiran” dan tidak nyata. Sebagai contoh digunakan tokoh animasi dalam produk anak-anak. Hal ini sangat menarik perhatian dan menimbulkan rasa keinginan untuk membelinya. Anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya dan klan di berbagai media. Oleh karena itu iklan bagi anak-anak sering ditayangkan pada hari-hari libur yang umumnya adalah minggu pagi.
Satu lagi temuan yang menarik bahwa anak-anak pada usia 7-14 tahun diberi uang saku rata-rata Rp 1.500 per hari dan uang tersebut 99 % digunakan untuk dibelanjakan keperluan sehingga diperkirakan dalam satu tahun saja total pengeluaran anak-anak mencapai Rp 1 triliun.Itu hanya untuk 6 kota besar di Indonesia. Dari seluruh daerah di Indonesia mencapai Rp 4,4 triliun per tahun. Suatu angka yang menakjubkan bagi pengeluaran dalam bentuk uang saku bagi anak-anak.
Dari berbagai analisi diperoleh keinginan anak-anak pada usia 0-7 tahun biasanya menyukai produk yang memiliki fantasi tetapi yang tidak “memerlukan pemikiran” dan tidak nyata. Sebagai contoh digunakan tokoh animasi dalam produk anak-anak. Hal ini sangat menarik perhatian dan menimbulkan rasa keinginan untuk membelinya. Anak-anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan teman sebaya dan klan di berbagai media. Oleh karena itu iklan bagi anak-anak sering ditayangkan pada hari-hari libur yang umumnya adalah minggu pagi.
Retailing adalah kegiatan
menjual barang atau jasa kepada konsumen akhir. Konsumen akhir tersebut
tidak menggunakan barang atau jasa yang sudah dibelinya untuk kegiatan bisnis
(dijual kembali).
Kegiatan
retail ini dilakukan oleh manufakturer maupun retailer. Oleh karena itu baik
manufakturer maupun retailer hendaknya memahami bagaimana karakteristik
konsumennya.
Pasar
adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual
beli. Indonesia harus menjadi pasar bagi orang Indonesia sendiri. Penjualnya
adalah orang Indonesia. Konsumennya bolehlah konsumen luar negeri namun
KONSUMEN UTAMA-nya harus orang Indonesia.
Indonesia
adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak. Jumlah penduduk
yang banyak ini menguntungkan bagi siapa yang menguasai pemasaran. Menjadi
pemenang dulu di pasar dalam negeri untuk kemudian selanjutnya merambah
pasar luar negeri.
Untuk
memenangkan pasar, baik manufakturer mau retailer harus berorientasi pada
konsumen. Kepuasan konsumen Itu kuncinya. Memenangkan pasar itu berbicara
tentang target jangka panjang. Jika konsumen puas maka akan menimbulkan repeat
order dan efek word of mouth pasti akan terjadi.
Untuk memenangkan pasar Indonesia
maka manufakturer maupun retailer harus memahami bagaimana karakteristik
konsumen Indonesia.
1. Cenderung memiliki memori yang pendek. Mereka
cenderung mengingat manfaat produk jangka pendek. Cepat bosan dan mudah lupa.
Nah, ini peluang bagi produk-produk baru yang meraih market yang pelupa seperti
ini
2. Tidak memiliki perencanaan. Impulse buying
masih merajai pengambilan keputusan sebagian besar orang Indonesia. Tapi, ke
depannya akan semakin banyak yang melakukan perencanaan, kata Handy. Lihatlah,
begitu antrinya pre booking tiket untuk Air Asia dan sebagainya.
3. Cenderung berkelompok dan suka berkumpul.
Istilah lainnya adalah guyub. Saya setuju dengan pendapat ini. Saya sendiri
sering mengambil keputusan berdasarkan referensi kelompok.
4. Tidak adaptif terhadap teknologi baru. Ya,
saya juga setuju dengan pendapat ini. Saya termasuk di dalamnya. Saya bukan
early adopter. Kalau teknologinya sudah mentok, atau murah, baru saya beli.
Untuk sebagian besar masyarakat, hal ini juga terkait dengan tingkat
pendidikannya.
5. Cenderung fokus kepada konteks, bukan konten.
Nah, pendapat ini semakin membenarkan pendapatnya Hermawan Kartajaya yang sudah
lama digulirkannya. Lihat saja, di mana-mana yang dipromosikan, yang diblow-up
adalah konteksnya, bukan kontennya. Tapi, it works untuk konsumen di Indonesia.
Kalau anda baca majalah Reader’s Digest versi bahasa Inggris, setiap iklan
produk obat, selalu dibuat 2 halaman, 1 halaman untuk iklan, 1 halaman untuk
penjelasannya.
6. Menyukai produk luar
negeri. Betul juga. Bahkan menurut saya orang Indonesia lebih early adopter
soal ini dibandingkan penduduk Malaysia atau Philipina. Para pengunjung mal
KLCC masih kalah keren dibandingkan pengunjung mal Plaza Senayan. Makanya
merek-merek lokal banyak yang mencitrakan dirinya seolah-olah adalah merek
import.
7. Semakin memperhatikan masalah religius. Pangsa
pasar dari produk-produk yang mempunyai nilai agama akan semakin besar. Nah,
soal ini saya setuju sekali dan menjadi semakin bersemangat. Kenyataan di
lapangan memang demikian. Maka, saya pun setuju dengan pendapat ini.
8. Suka pamer dan gengsi. Yup, ini pun betul.
Seorang teman yang disainer senior mengatakan, orang Indonesia suka berpakaian
yang “look at me!”.
9. Banyak dipengaruhi oleh subculture. Maksudnya
konsumen Indonesia akan semakin cair dan tidak lagi ada perbedaan antara suku
dan geografis. Kalau anda jalan-jalan ke Bukittinggi, di sana anak-anak mudanya
sudah persis seperti anak metropolitan. Gayanya, dandanannya, musiknya,
bahasanya. Tidak ada bedanya dengan yang di Palembang, Sukabumi atau Bandung.
10. Tidak peduli lingkungan.